Selasa, 30 April 2013

PINJAM UANG

Untuk keperluan pengembangan modal usaha

Untuk keperluan biaya pendidikan

Untuk keperluan biaya rumah sakit

Untuk keperluan renovasi rumah

Untuk keperluan lain-lain


Persyaratan Mudah

Proses cepat

Bunga Ringan 

Angsuran dapat disesuaikan kemampuan konsumen

Untuk Info selanjautnya dapat menghubungi :

Ardi ( 021- 99674246 atau 081212649878 )

Senin, 29 April 2013

PINJAMAN

Pinjaman DANA TUNAI

Untuk Memudahkan Kebutuhan atau Kepentingan Usaha Anda,

Dengan JAMINAN BPKB MOBIL

Kami Membantu anda dengan proses cepat dan syarat yang mudah,

Anda Akan Mendapatkan DANA TUNAI
Resmi dari Perusahaan Pembiayaan kami, Bunga yang kompetitif, BPKB Aman, Angsuran dapat disesuaikan dengan kemampuan konsumen...

Add caption


Untuk Informasi lebih lanjut Hubungi :

 Ardi  ( 021-99674246 atau 081212649878 )

BERITA

Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Pekalongan, Jawa Tengah, mengkhawatirkan dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) yang rencananya dalam waktu dekat ini akan diberlakukan oleh pemerintah.

Ketua APTRI Pekalongan, Slamet, di Pekalongan, Senin (29/4/2013), mengatakan bahwa kenaikan harga BBM dipastikan akan makin menyulitkan petani karena akan berimbas terhadap biaya angkut tebu dan sektor lainnya.

"Biaya angkut tebu akan menggunakan jasa angkutan truk. Oleh karena itu, kenaikan harga BBM dipastikan berimbas pada biaya angkut," katanya.

Saat ini, ungkap Slamet, biaya tebang dan angkut tebu mencapai 9.300 per kuintal sehingga dengan kenaikan harga BBM akan membuat lonjakan biaya produksi.

"Selama ini, petani tebu sudah menghadapi sejumlah kesulitan, seperti mencari tenaga tebang dan biaya tanam. Kesulitan petani tebu ini kian bertambah dengan naiknya harga BBM," katanya.

Ia meminta pada pemerintah mengevaluasi atau menunda kebijakan kenaikan harga BBM tersebut, sebagai upaya membantu para petani tebu yang saat ini masih menghadapi sejumlah kesulitan itu.

"Akan tetapi jika BBM itu tetap dinaikan, kami berharap pemerintah juga menaikan harga gula agar para petani tetap bisa menanam tebu," ujar Slamet.

Saat ini, ungkap Slamet, kondisi para petani terancam gulung tikar, karena biaya produksi tanam tebu sudah tak sebanding lagi dengan hasil panen.

"Oleh karena itu, kami berharap pada pemerintah bisa membantu kesulitan yang dihadapi para petani tebu," katanya. 




Sumber: Antara

PUISI

Relakan yang terjadi Takkan Kembali
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Tak perlu menanggis
Tak perlu bersedih
Tak perlu Sendu Sendau Itu
Hadapi Saja...

Pasrah pada ilahi 
Hanya itu yang kita bisa
Ambil Hikmahnya
Ambil Indahnya
Cobalah Menari
Cobalah bernyanyi
Cobalah Cobalah
Mulai Detik Ini
Hadapi Saja.
-------------
Hilang memang hilang
Wajahnya terus terbayang
Berjumpa di mimpi
Kau ajak aku menari
Bernyayi bersama 
Bidadari malaikat
Dan penghuni surga.

Relakan yang terjadi Takkan Kembali
Ia sudah miliknya bukan milik kita lagi
Tak perlu menanggis
Tak perlu bersedih
Tak perlu Sendu Sendau Itu
Hadapi Saja...

Pasrah pada ilahi 
Hanya itu yang kita bisa
Ambil Hikmahnya
Ambil Indahnya
Cobalah Menari
Cobalah bernyanyi
Cobalah Cobalah
Mulai Detik Ini
Hadapi Saja.

TOKOH

Biografi Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara adalah pahlawan nasional Indonesia, aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ki hajar Dewantara adalah tokoh yang punya dedikasi tinggi yang suka membawa spirit kerakyatan. Dia tidak mau menjaga jarak dengan rakyat kecil, meski dia sendiri adalah keturuan dari kaum bangsawan. Bahkan untuk menghilangkan sekat pergaulannya, dia menanggalkan nama ningratnya, Raden mas Suwardi Suryaningrat.
ki-hajar-dewantara

Biografi Ki Hajar Dewantara dari Biografi Web

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun.Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.

Masa muda dan awal karier Ki Hajar Dewantara

Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, antara lain, Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Aktivitas pergerakan Ki Hajar Dewantara

Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.
Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.
Ki Hajar Dewantara

Als ik eens Nederlander was

Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis “Een voor Allen maar Ook Allen voor Een” atau “Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga”. Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah “Seandainya Aku Seorang Belanda” (judul asli: “Als ik eens Nederlander was”), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.
“Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya”.
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian. Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai “Tiga Serangkai”. Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

Ki Hajar Dewantara Dalam pengasingan

Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Taman Siswa

Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.
Ki Hajar Dewantara
Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. (“di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung”). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Pengabdian di masa Indonesia merdeka

Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959). Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.

Referensi:

KESEHATAN

TRIBUNNEWS.COM - Kita tahu bahwa gaya hidup pasif itu tak sehat. Berbagai penelitian juga menunjukkan dengan gamblang risiko kurang bergerak dengan penyakit kronis.
Namun bagi sebagian orang, bukan perkara mudah menghindari duduk terlalu lama, terlebih jika memiliki pekerjaan yang menghabiskan banyak waktu untuk duduk.
Sebenarnya, ada beberapa celah bagi Anda yang kurang bergerak untuk bisa duduk lebih sedikit. Anda bisa mulai mengurangi waktu duduk Anda dengan 6 kiat berikut ini.
1. Bergeraklah saat menelepon
Menelepon tak harus dilakukan sambil duduk. Kegiatan ini justru dapat dimanfaatkan untuk menggerak-gerakan tubuh Anda. Cobalah untuk mulai berdiri saat menelepon dan aktif bergerak.
2. Berjalanlah sehabis makan
Sebisa mungkin hindari makan siang di meja kerja. Tak ada salahnya berjalan sebentar ke kantin. Kegiatan ini bisa membantu mengurangi kadar lemak di aliran darah yang jumlahnya paling tinggi sehabis makan. Berjalan sehabis makan juga meningkatkan aktivitas lipase lipoprotein yang mempercepat metabolisme.
3. Pilihlah kursi bar di restoran
Kursi bar akan lebih membuat tubuh Anda lebih tegap. Cobalah duduk hanya di sepertiga depan kursi dan bukalah kaki lebih lebar dari jarak pinggul. Posisi ini disebut posisi "bertengger", dan dapat mendistribusikan berat badan Anda lebih merata.
4. Tak perlu bawa kursi
Punya kebiasaan bawa kursi lipat untuk duduk di kereta, konser, taman, dan tempat-tempat lainnya? Mulai sekarang mulailah tinggalkan kebiasaan satu ini. Sebaliknya, cobalah untuk lebih banyak berdiri dan bergerak.
5. Pilihlah berjalan
Alih-alih mengirim email atau menelepon rekan kerja, berjalanlah ke mejanya. Berdirilah di sekitar meja rekan kantor Anda untuk berdiskusi atau hanya sekedar mengobrol.
6. Lakukan senam kecil
Manfaatkan kursi tempat Anda duduk untuk membantu gerakan-gerakan senam. Cobalah untuk menaruh telapak tangan Anda di dudukan kursi dengan kaki Anda menapak lantai, kemudian lakukan gerakan push up. Anda pun bisa mencoba variasi gerakan lain.
(Lusia Kus Anna/ Sumber: Health)

EKONOMI

DPR: Ekonomi Rakyat Ambruk Jika BBM Naik

 
CORBIS
Bahan Bakar Minyak (Illustrasi)
Bahan Bakar Minyak (Illustrasi)
A+ | Reset | A-
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Komisi VII DPR RI Dewi Ariani menilai kebijakan menaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi satu harga adalah langkah salah. Bahkan, ia menilai kebijakan itu berpotensi membuat rakyat terpuruk.
"Ekonomi rakyat bisa ambruk jika BBM naik," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan itu saat dihubungi Republika di Jakarta, Senin (29/4). 
Menurut Dewi, kebijakan menaikan BBM bersubsidi menjadi satu hargaa bisa mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat. Untuk itu, ia meminta pemerintah berpikir ulang tentang kebijakan ini. 
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang PS Brodjonegoro menyatakan Kemenkeu menyiapkan banyak opsi terkait pengendalian subsidi BBM. "Bukan hanya dua harga dan semuanya sudah ada hitungannya," kata Bambang.
Ia mengatakan kenaikan satu harga lebih memungkinkan penghematan anggaran yang lebih besar dibandingkan penerapan dua harga. Terlebih, potensi kebocoran akibat penerapan dua harga BBM bersubsidi di lapangan yang tidak mulus dapat terjadi.
Sebagai gambaran, penghematan anggaran apabila penerapan dua harga BBM bersubsidi adalah Rp 21 triliun. Sementara dengan penerapan satu harga, Bambang memperkirakan besaran penghematan lebih dari Rp 30 triliun.  
Sumber : Republika Online